Apakah ateisme itu?
Apakah ateisme itu?
Secara luas ateisme adalah tidak adanya kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan atau dewa-dewa (lack of belief in god(s)). Biasanya secara umum Tuhan yang dimaksud di sini adalah sosok Tuhan berkepribadian (personal god) seperti misalnya yang digambarkan oleh agama-agama samawi/Abrahamik seperti Yahudi, Kristen, Islam, dan lain sebagainya, yang menggambarkan Tuhan sebagai mahkluk maha kuasa, tidak terlihat, berkehendak, mengatur takdir, dsb.
Secara lebih spesifik,ada banyak variasi ketidakpercayaan terhadap Tuhan dalam apa yang disebut secara umum sebagai ateisme. Para ateis tidak memiliki satu nabi, kitab, atau aliran baku tertentu. Seorang ateis bisa secara positif menolak keberadaan Tuhan, atau menganggap bahwa Tuhan tidak ada (ateisme positif/kuat), tetapi bisa juga membuka kemungkinan bahwa Tuhan itu bisa jadi ada, tetapi saat ini tidak melihat adanya alasan atau bukti yang kuat untuk mempercayai keberadaan Tuhan (ateisme negatif/lemah). Dan masih ada variasi-variasi lain, seperti membuka kemungkinan bahwa Tuhan itu ada, namun beranggapan bahwa biarpun jika Tuhan ada, ia tidak mengatur kehidupan manusia dan tidak relevan untuk dibicarakan. Yang lain lagi barangkali menganggap definisi 'Tuhan' itu tidak jelas, dan menolak secara positif mengatakan percaya atau tidak percaya sebelum definisi 'Tuhan' itu diperjelas.
Ada juga yang membedakan ateisme eksplisit (ateis yang mengenal konsep Tuhan dan secara sadar tidak mempercayai keberadaan Tuhan) dan ateisme implisit (yang tidak mempercayai Tuhan karena tidak atau belum mengenal konsep Tuhan, seperti misalnya suku-suku terpencil, bayi, dan anak-anak). Ada lagi istilah seperti ateis agnostik dan ateis gnostik, yang dibahas di notes ABAM lain.
Selain variasi-variasi dan pembagian-pembagian yang berbeda-beda seperti di atas, definisi "ateisme" itu sendiri bisa berubah dari waktu ke waktu dan orang ke orang. Ateisme yang dimaksud oleh Bertrand Russell misalnya, bisa jadi berbeda dengan yang dibicarakan oleh Richard Dawkins. Atau Anthony Flew.
Lebih rumit lagi misalnya pada kasus orang-orang yang beragama, tetapi tidak memiliki keyakinan terhadap sosok Tuhan yang berkepribadian. Pada panteis yang menyatakan Tuhan sebagai semesta alam itu sendiri. Di sini makna kata "Tuhan" itu sendiri yang berubah.
Oleh karena itu, dalam setiap diskusi adalah penting untuk memastikan dahulu, bagaimana persisnya posisi filosofis seseorang yang mengatakan dirinya ateis/agnostik/free thinker/non-teis/apapun, guna menghindari kesalahpahaman atau debat semantik.
Bukankah ateis adalah kepercayaan juga? Bahwa Tuhan tidak ada?
Tidak. Sama seperti Yeti, Unicorn, Pegasus, atau Bigfoot.
Masih dimungkinkan bahwa seseorang bukannya mempercayai bahwa mereka tidak ada. Namun ketiadaan dan minimnya bukti membuat dia saat ini tidak percaya. Ibarat ada sekumpulan orang yang percaya Yeti benar benar ada, maka ada sekumpulan orang orang lain yang tidak mempercayai keberadaan Yeti karena belum adanya bukti atau alasan untuk percaya.
Ateis, secara lebih spesifiknya pada posisi ateisme negatif atau ateisme lemah, memiliki posisi yang sama. Ia tidak mempercayai bahwa Tuhan ada karena belum menganggap adanya bukti yang kuat bahwa dia ada atau alasan untuk percaya.
Secara luas ateisme adalah tidak adanya kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan atau dewa-dewa (lack of belief in god(s)). Biasanya secara umum Tuhan yang dimaksud di sini adalah sosok Tuhan berkepribadian (personal god) seperti misalnya yang digambarkan oleh agama-agama samawi/Abrahamik seperti Yahudi, Kristen, Islam, dan lain sebagainya, yang menggambarkan Tuhan sebagai mahkluk maha kuasa, tidak terlihat, berkehendak, mengatur takdir, dsb.
Secara lebih spesifik,ada banyak variasi ketidakpercayaan terhadap Tuhan dalam apa yang disebut secara umum sebagai ateisme. Para ateis tidak memiliki satu nabi, kitab, atau aliran baku tertentu. Seorang ateis bisa secara positif menolak keberadaan Tuhan, atau menganggap bahwa Tuhan tidak ada (ateisme positif/kuat), tetapi bisa juga membuka kemungkinan bahwa Tuhan itu bisa jadi ada, tetapi saat ini tidak melihat adanya alasan atau bukti yang kuat untuk mempercayai keberadaan Tuhan (ateisme negatif/lemah). Dan masih ada variasi-variasi lain, seperti membuka kemungkinan bahwa Tuhan itu ada, namun beranggapan bahwa biarpun jika Tuhan ada, ia tidak mengatur kehidupan manusia dan tidak relevan untuk dibicarakan. Yang lain lagi barangkali menganggap definisi 'Tuhan' itu tidak jelas, dan menolak secara positif mengatakan percaya atau tidak percaya sebelum definisi 'Tuhan' itu diperjelas.
Ada juga yang membedakan ateisme eksplisit (ateis yang mengenal konsep Tuhan dan secara sadar tidak mempercayai keberadaan Tuhan) dan ateisme implisit (yang tidak mempercayai Tuhan karena tidak atau belum mengenal konsep Tuhan, seperti misalnya suku-suku terpencil, bayi, dan anak-anak). Ada lagi istilah seperti ateis agnostik dan ateis gnostik, yang dibahas di notes ABAM lain.
Selain variasi-variasi dan pembagian-pembagian yang berbeda-beda seperti di atas, definisi "ateisme" itu sendiri bisa berubah dari waktu ke waktu dan orang ke orang. Ateisme yang dimaksud oleh Bertrand Russell misalnya, bisa jadi berbeda dengan yang dibicarakan oleh Richard Dawkins. Atau Anthony Flew.
Lebih rumit lagi misalnya pada kasus orang-orang yang beragama, tetapi tidak memiliki keyakinan terhadap sosok Tuhan yang berkepribadian. Pada panteis yang menyatakan Tuhan sebagai semesta alam itu sendiri. Di sini makna kata "Tuhan" itu sendiri yang berubah.
Oleh karena itu, dalam setiap diskusi adalah penting untuk memastikan dahulu, bagaimana persisnya posisi filosofis seseorang yang mengatakan dirinya ateis/agnostik/free thinker/non-teis/apapun, guna menghindari kesalahpahaman atau debat semantik.
Bukankah ateis adalah kepercayaan juga? Bahwa Tuhan tidak ada?
Tidak. Sama seperti Yeti, Unicorn, Pegasus, atau Bigfoot.
Masih dimungkinkan bahwa seseorang bukannya mempercayai bahwa mereka tidak ada. Namun ketiadaan dan minimnya bukti membuat dia saat ini tidak percaya. Ibarat ada sekumpulan orang yang percaya Yeti benar benar ada, maka ada sekumpulan orang orang lain yang tidak mempercayai keberadaan Yeti karena belum adanya bukti atau alasan untuk percaya.
Ateis, secara lebih spesifiknya pada posisi ateisme negatif atau ateisme lemah, memiliki posisi yang sama. Ia tidak mempercayai bahwa Tuhan ada karena belum menganggap adanya bukti yang kuat bahwa dia ada atau alasan untuk percaya.
Komentar
Posting Komentar