Apa yang membuat seseorang menjadi ateis?
Apa yang membuat seseorang menjadi ateis?
Dari judul dapat kita simpulkan bahwa ateis berpendapat dan Ada berbagai macam alasan yang membuat seseorang menjadi ateis.
inijawban mereka yang di rangkum berbagai sumber:
Pada awalnya semua manusia lahir tanpa beragama ataupun menyembah Tuhan tertentu, dan, terutama yang umumnya terjadi di Indonesia, saat mereka beranjak dewasa kemudian menganut agama yang dianut orang tua atau orang-orang terdekat mereka. Dalam perkembangannya ada yang lantas mendapati dirinya skeptis (ragu) terhadap ajaran yang sudah lama dianutnya itu. Bisa karena dia menganggap ajaran tersebut tidak memiliki alasan atau bukti yang cukup untuk dianggap sebagai sebuah fakta, melainkan spekulasi atau konstruksi manusia yang sangat luar biasa sehingga seolah mampu memberikan segala jawaban mendasar tentang asal usul dan tujuan kehidupan. Ada juga yang karena renungan dan pemikiran filosofis tertentu, akhirnya meragukan kebenaran kepercayaan tersebut.
Sebagian yang lain barangkali meninggalkan kepercayaan agama yang ia miliki karena tidak puas dengan peran institusi agama yang dianggapnya memiliki ekses negatif yang lebih besar dibanding manfaat yang diberikan. Atau malah menjadi antipati karena trauma terhadap kekerasan dan perselisihan yang dilatarbelakangi kepercayaan agama.
Tentunya bisa juga ada yang menjadi ateis karena pemberontakan terhadap lingkungan atau orang-orang di sekitarnya. Dan ada pula yang ateis karena sedari kecil dibesarkan di lingkungan atau masyarakat yang mayoritas ateis, yang tidak peduli terhadap konsep Tuhan dalam ajaran-ajaran agama.
Atau gabungan dari semua hal di atas.
Singkatnya, alasan seseorang untuk tidak percaya sangat bervariasi dan bisa berbeda dari satu orang ke orang yang lain.
Dari judul dapat kita simpulkan bahwa ateis berpendapat dan Ada berbagai macam alasan yang membuat seseorang menjadi ateis.
inijawban mereka yang di rangkum berbagai sumber:
Pada awalnya semua manusia lahir tanpa beragama ataupun menyembah Tuhan tertentu, dan, terutama yang umumnya terjadi di Indonesia, saat mereka beranjak dewasa kemudian menganut agama yang dianut orang tua atau orang-orang terdekat mereka. Dalam perkembangannya ada yang lantas mendapati dirinya skeptis (ragu) terhadap ajaran yang sudah lama dianutnya itu. Bisa karena dia menganggap ajaran tersebut tidak memiliki alasan atau bukti yang cukup untuk dianggap sebagai sebuah fakta, melainkan spekulasi atau konstruksi manusia yang sangat luar biasa sehingga seolah mampu memberikan segala jawaban mendasar tentang asal usul dan tujuan kehidupan. Ada juga yang karena renungan dan pemikiran filosofis tertentu, akhirnya meragukan kebenaran kepercayaan tersebut.
Sebagian yang lain barangkali meninggalkan kepercayaan agama yang ia miliki karena tidak puas dengan peran institusi agama yang dianggapnya memiliki ekses negatif yang lebih besar dibanding manfaat yang diberikan. Atau malah menjadi antipati karena trauma terhadap kekerasan dan perselisihan yang dilatarbelakangi kepercayaan agama.
Tentunya bisa juga ada yang menjadi ateis karena pemberontakan terhadap lingkungan atau orang-orang di sekitarnya. Dan ada pula yang ateis karena sedari kecil dibesarkan di lingkungan atau masyarakat yang mayoritas ateis, yang tidak peduli terhadap konsep Tuhan dalam ajaran-ajaran agama.
Atau gabungan dari semua hal di atas.
Singkatnya, alasan seseorang untuk tidak percaya sangat bervariasi dan bisa berbeda dari satu orang ke orang yang lain.
Komentar
Posting Komentar